Satu kata yang memiliki pengaruh amat besar di muka
bumi ini, yakni Cinta. Cinta dapat dirasakan, tetapi sulit untuk didefinisikan.
Persis seperti marah atau sedih dan gembira atau senang. Setiap orang
kadangkala ia marah, dan pada saat yang lain ia bersedih. Sekalipun memahami
ada marah dan sedih, definisi keduanya amatlah sulit. Begitu pula cinta. Yang
dapat kita tangkap oleh indra secara langsung adalah penampakannya atau mazhahirnya.
Mungkin bisa jadi cinta itu tak mampu didefinisikan.
Banyak orang yang berdefinisi sesuai dengan
keinginannya, ada yang mengatakan cinta adalah kasih sayang, cinta itu buta,
cinta adalah kebahagiaan dan lain sebagainya. Lantas, apa arti atau makna cinta
yang sebenarnya?
Mengenai cinta atau yang dalam bahasa Arab dikenal Mahabbah
berasal dari kata Ahabba-Yuhibbu-Mahabbatan, yang secara bahasa
berarti mencintai secara mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam.
Menurut al-Qusyairi dalam kitab Al-Kasyfu
wal Bayan, menjelaskan bahwa cinta adalah suatu hal yang mulia. Allah Yang
Maha Suci yang menyaksikan cinta hamba-Nya dan Allah pun memberitahukan
cinta-Nya kepada hamba itu. Allah menerangkan bahwa Dia mencintainya. Demikian
juga hamba itu menerangkan cintanya kepada Allah Yang Maha Suci.
Dalam pandangan al-Junaid, mahabbah didefinisikan
sebagai “kecenderungan hati pada Allah swt., kecenderungan hati pada sesuatu
karena mengharap ridlo Allah tanpa merasa diri terbebani, atau menaati semua
yang diperintahkan atau dilarang oleh Allah, dan rela menerima apa yang telah
ditetapkan dan ditakdirkan Allah. (an-Naisaburi,
1998, p. 479)
Mengenai pendapat-pendapat para ulama-ulama sufi
tentang cinta, sebagian dari mereka mengatakan bahwa cinta adalah kecenderungan
yang abadi dalam hati yang dimabuk rindu. Dikatakan bahwa cinta mendahulukan
kekasihnya dari pada semua yang menyertainya. Dikatakan pula bahwa cinta setia
kepada kekasih, baik ketika berhadapan dengannya atau tidak. (an-Naisaburi, 1998, p. 478)
Mahabbah (kecintaan)
Allah kepada hamba yang mencintai-Nya itu selanjutnya dapat mengambil bentuk
iradah dan rahmah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya dalam bentuk pahala dan
nikmat yang melimpah. Mahabbah berbeda dengan al-raghbah, karena mahabbah
adalah cinta yang tanpa dibarengi dengan harapan pada hal-hal yang bersifat
duniawi, sedangkan al-raghbah cinta yang disertai perasaan rakus, keinginan
yang kuat dan ingin mendapatkan sesuatu, walaupun harus mengorbankan segalanya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan
bahwa mahabbah adalah mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangannya, serta mengikuti ajaran yang dibawa Rosŭlullah dengan hati yang
ikhlas dan dengan akhlaq orang yang mencintai Allah. Allah berfirman dalam
Surat Al-Imran ayat: 31-32:
قُلۡ إِن كُنتُمۡ
تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ
ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
٣١ قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّ
ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٢
“Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
(Q.S. Al-Imran: 31-32)
Al-Alusi menjelaskan bahwa maksud dari kalimat yuhibbunahu
adalah mereka selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan mentaati
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Demikian pula seperti yang
disebutkan dalam QS. Ali Imran ayat 31, kata al-hub dimaknai khususnya di kalangan ulama sufi sebagai sebuah
perasaan yang terkait dengan zat Tuhan dan semestinya seorang pencinta
mencintai Tuhan karena zat-Nya bukan karena pahala-Nya atau kebaikan-Nya karena
cinta tersebut karena kebaikan-Nya menempati derajat yang lebih rendah
dibandingkan dengan cinta karena Zat-Nya.
Secara realitas, dalam kata ‘cinta’
terkandung rasa suka, sayang, terpikat, ingin, rindu, pengharapan, sedih, dan
ingat (Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, bagian kata ‘cinta’). Walhasil,
cinta merupakan kecenderungan dan rasa; baik rasa suka, sayang, terpikat,
ingin, rindu, pengharapan, sedih, dan ingat dari pencinta kepada yang dicintai.
Karenanya, berbicara cinta berarti berbicara tentang sesuatu yang terkait
dengan rasa.
Cinta tak dapat dilihat. Hanya tanda-tanda
dan penampakkannyalah yang dapat disaksikan. Cinta tidak dapat berdiri sendiri.
Terdapat beberapa hal terkait dengan cinta tersebut, yaitu (1) yang mencintai (habîb),
(2) yang dicintai (mahbûb), (3) cara mencintai. Cara ini ada dua, pertama, apa yang ada didalam jiwa
secara internal (dâkhil). Kedua,
penampakan lahiriyah yang dapat disaksikan dengan kasat mata (mazhâhir).
Cinta
yang benar adalah cinta yang diberikan oleh yang mencintai kepada yang
dibenarkan untuk dicintai dengan cara yang juga benar, baik internal dalam
jiwanya maupun penampakkannya. Jika dan hanya jika semua komponen tersebut
benar maka cinta akan benar. Sebaliknya, salah satu saja komponen tersebut
rusak atau tidak benar maka cinta pun menjadi tidak benar.
lalu, apa definisi cinta menurut kalian??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar