Kamis, 18 April 2019

Cinta Adalah

Satu kata yang memiliki pengaruh amat besar di muka bumi ini, yakni Cinta. Cinta dapat dirasakan, tetapi sulit untuk didefinisikan. Persis seperti marah atau sedih dan gembira atau senang. Setiap orang kadangkala ia marah, dan pada saat yang lain ia bersedih. Sekalipun memahami ada marah dan sedih, definisi keduanya amatlah sulit. Begitu pula cinta. Yang dapat kita tangkap oleh indra secara langsung adalah penampakannya atau mazhahirnya. Mungkin bisa jadi cinta itu tak mampu didefinisikan.

Banyak orang yang berdefinisi sesuai dengan keinginannya, ada yang mengatakan cinta adalah kasih sayang, cinta itu buta, cinta adalah kebahagiaan dan lain sebagainya. Lantas, apa arti atau makna cinta yang sebenarnya?
Mengenai cinta atau yang dalam bahasa Arab dikenal Mahabbah berasal dari kata Ahabba-Yuhibbu-Mahabbatan, yang secara bahasa berarti mencintai secara mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam.
Menurut al-Qusyairi dalam kitab Al-Kasyfu wal Bayan, menjelaskan bahwa cinta adalah suatu hal yang mulia. Allah Yang Maha Suci yang menyaksikan cinta hamba-Nya dan Allah pun memberitahukan cinta-Nya kepada hamba itu. Allah menerangkan bahwa Dia mencintainya. Demikian juga hamba itu menerangkan cintanya kepada Allah Yang Maha Suci.
Dalam pandangan al-Junaid, mahabbah didefinisikan sebagai “kecenderungan hati pada Allah swt., kecenderungan hati pada sesuatu karena mengharap ridlo Allah tanpa merasa diri terbebani, atau menaati semua yang diperintahkan atau dilarang oleh Allah, dan rela menerima apa yang telah ditetapkan dan ditakdirkan Allah. (an-Naisaburi, 1998, p. 479)

Mengenai pendapat-pendapat para ulama-ulama sufi tentang cinta, sebagian dari mereka mengatakan bahwa cinta adalah kecenderungan yang abadi dalam hati yang dimabuk rindu. Dikatakan bahwa cinta mendahulukan kekasihnya dari pada semua yang menyertainya. Dikatakan pula bahwa cinta setia kepada kekasih, baik ketika berhadapan dengannya atau tidak. (an-Naisaburi, 1998, p. 478)
Mahabbah (kecintaan) Allah kepada hamba yang mencintai-Nya itu selanjutnya dapat mengambil bentuk iradah dan rahmah Allah yang diberikan kepada hamba-Nya dalam bentuk pahala dan nikmat yang melimpah. Mahabbah berbeda dengan al-raghbah, karena mahabbah adalah cinta yang tanpa dibarengi dengan harapan pada hal-hal yang bersifat duniawi, sedangkan al-raghbah cinta yang disertai perasaan rakus, keinginan yang kuat dan ingin mendapatkan sesuatu, walaupun harus mengorbankan segalanya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa mahabbah adalah mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta mengikuti ajaran yang dibawa Rosŭlullah dengan hati yang ikhlas dan dengan akhlaq orang yang mencintai Allah. Allah berfirman dalam Surat Al-Imran ayat: 31-32:

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ  ٣١ قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡكَٰفِرِينَ  ٣٢

 “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. (Q.S. Al-Imran: 31-32)

Al-Alusi menjelaskan bahwa maksud dari kalimat yuhibbunahu adalah mereka selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Demikian pula seperti yang disebutkan dalam QS. Ali Imran ayat 31, kata al-hub dimaknai khususnya di kalangan ulama sufi sebagai sebuah perasaan yang terkait dengan zat Tuhan dan semestinya seorang pencinta mencintai Tuhan karena zat-Nya bukan karena pahala-Nya atau kebaikan-Nya karena cinta tersebut karena kebaikan-Nya menempati derajat yang lebih rendah dibandingkan dengan cinta karena Zat-Nya.
Secara realitas, dalam kata ‘cinta’ terkandung rasa suka, sayang, terpikat, ingin, rindu, pengharapan, sedih, dan ingat (Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, bagian kata ‘cinta’). Walhasil, cinta merupakan kecenderungan dan rasa; baik rasa suka, sayang, terpikat, ingin, rindu, pengharapan, sedih, dan ingat dari pencinta kepada yang dicintai. Karenanya, berbicara cinta berarti berbicara tentang sesuatu yang terkait dengan rasa.
Cinta tak dapat dilihat. Hanya tanda-tanda dan penampakkannyalah yang dapat disaksikan. Cinta tidak dapat berdiri sendiri. Terdapat beberapa hal terkait dengan cinta tersebut, yaitu (1) yang mencintai (habîb), (2) yang dicintai (mahbûb), (3) cara mencintai. Cara ini ada dua, pertama, apa yang ada didalam jiwa secara internal (dâkhil). Kedua, penampakan lahiriyah yang dapat disaksikan dengan kasat mata (mazhâhir).
Cinta yang benar adalah cinta yang diberikan oleh yang mencintai kepada yang dibenarkan untuk dicintai dengan cara yang juga benar, baik internal dalam jiwanya maupun penampakkannya. Jika dan hanya jika semua komponen tersebut benar maka cinta akan benar. Sebaliknya, salah satu saja komponen tersebut rusak atau tidak benar maka cinta pun menjadi tidak benar.


lalu, apa definisi cinta menurut kalian??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar