Senin, 13 Juli 2020

Mimpi yang dicoret


(Mimpi yang dicoret)
(Eman Sulaeman)
Bandung, dini hari, hujan turun setelah aku melaksanakan salat subuh berjemaah di masjid Pondok Pesantren Al Falah Dago, kembali aku melakukan aktivitas seperti biasanya, mandi, sarapan, dan bersiap bergegas menuju kampus tercinta Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Alhamdulillah hujan reda pada waktu yang tepat. Betul sekali, aku adalah seorang mahasiswa semester empat di UPI Bandung, mengambil kejuruan Ilmu Pendidikan Agama Islam (IPAI) yang harapannya adalah aku bisa menjadi seorang pendidik dan pengajar atau lebih kita kenal dengan istilah guru. Menjadi seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sebuah sekolah bukanlah keinginanku, apalagi keinginan orang tuaku, mengingat bahwa upah atau gaji menjadi seorang guru di Indonesia masih amat kecil dan dirasa tidak mencukupi kebutuhan hidup, begitulah pola pikir kedua orang tuaku. Hal lainnya adalah karena aku seorang siswa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki keahlian di Bidang Elektronika Industri. Memang banyak sekali orang lain yang menyebutkan bahwa diriku telah tersesat memilih kejuruan di universitas. Namun, aku tambahkan saja bahwa aku telah tersesat di jalan yang benar. Insyaallah.
Pukul 07.00 WIB tepat aku masuk di ruang 40 gedung Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), AC menyala 16°C saat itu. Diawali dengan tilawah Al-Qur’an bersama, aku dan teman-teman sekelas memulai pembelajaran pertama dengan mata kuliah tafsir tentang ayat-ayat pendidikan. Sistem pembelajaran kami adalah pembagian kelompok, dan setiap kelompok harus tampil mempresentasikan materi yang telah ditentukan sebelumnya oleh dosen, KH. Dr. Aam Abdussalam, M.Pd, dan Dr. Cucu Surahmanm M.A.. Pada hari itu adalah bagian kelompokku yang tampil mempresentasikan materi. Satu hal yang menarik ketika memasuki sesi tanya jawab yaitu ada sebuah pertanyaan tentang persepsi ustaz dan kiai, kemudian aku jawab bahwa seseorang itu tidak pernah menyebutkan dirinya dengan gelar ustaz atau kiai, masyarakatlah yang memberinya gelar tersebut. Kita bisa lihat dan pelajari dari Negeri Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Madinah atau Mesir, walaupun saya belum pernah berkunjung ke sana, mohon doa dari teman-teman semua, insyaallah semester yang akan datang saya bisa mengikuti program daurah  ke Mesir. ‘Serentak teman sekelas berkata amin’ Bahwa untuk mendapatkan gelar ustaz atau kiai di sana harus belajar bertahun-tahun terlebih dahulu, harus hafal Al-Qur’an 30 Juz dan ribuan hadis terlebih dahulu. Beda halnya dengan Indonesia, ada remaja yang baru masuk dan belajar di pondok pesantren selama setahun saja, ketika pulang ke kampung halamannya sudah banyak orang-orang yang memanggilnya ustaz, begitu penjelasanku.
Celetukan di kelas mengenai program daurah Mesir sempat terpikirkan kembali, memang saat itu semester 4 adalah waktu yang tepat bagi panitia program daurah Mesir mencari mahasiswa yang ingin mengikuti programnya. Di Program Studi (Prodi) IPAI ini sudah terjalin kerja sama dengan salah satu lembaga pendidikan di Giza Mesir. Dan pada awal tahun 2019 merupakan tahap pencarian peserta program ini.
Teringat satu kejadian ketika aku semester 3 di UPI, mata kuliah Basic Life Skill (BLS) bersama Bapak Toto Suryana dan Bapak Saeful Anwar menjadi pengingat juga bagi semua mahasiswa perihal keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap manusia untuk bertahan hidup di era yang terus berkembang, mengukir harapan dan mimpi setinggi-tingginya serta belajar untuk berpikir di luar nalar biasanya. Salah satu tugas yang menarik dari mata kuliah ini adalah membuat Dream Book, iya betul, buku impian. Di dalam buku impian tersebut mahasiswa harus mencantumkan biodata dirinya, tentang keluarganya, orang-orang yang dekat dengan dirinya serta mahasiswa harus menuliskan minimal 100 mimpi atau harapan-harapan yang ingin dicapainya. Setiap mimpi yang telah dicapai harus dicoret di dalam buku tersebut. Alhamdulillah aku bisa dan mampu menuliskan 100 mimpi terbaikku yang salah satu harapan atau impian itu adalah bisa berkunjung dan belajar di luar negeri.
Allah mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan oleh hamba-Nya, impian itu seakan-akan Allah bimbing dan diarahkan serta diberi jalan dengan adanya program daurah Mesir. Namun, banyak yang harus aku pertimbangkan, terutama mengenai izin dari kedua orang tua. Tak hanya itu, aku adalah seorang mahasiswa program bidikmisi yang mayoritas pendidikan di UPI saja dibiayai oleh pemerintah, maka untuk pergi ke Mesir dirasa amat jauh dari harapan.
Grup WhatsApp keluarga adalah solusi bagiku untuk menyampaikan keinginan ini, mengingat bahwa aku tinggal di Bandung, sedangkan keluargaku di Kabupaten Bogor, dengan harapan mendapat dukungan dari tujuh kakakku dan kedua orang tuaku. Respons kakakku amat baik dan mendukung, namun kedua orang tuaku seperti tidak mengizinkan. Agar lebih jelas maka aku hubungi mereka melalui telepon, dan memang alasan mereka beraneka macam. Umi tidak memberikan izin dikarenakan kekhawatiran kepada anaknya yang terlalu berlebihan, Umi takut diriku dimanfaatkan oleh orang-orang Mesir dan menjadi pekerja di sana, sehingga tidak bisa dipulangkan kembali ke Indonesia. Bapak memberikan nasihat dan masukan bahwa jika di Mesir dalam kurun waktu hanya 2 bulan saja, maka aku tidak akan bisa apa-apa, belajar bahasa arab cukup dengan guru-guru di kampung halaman saja dan tidak perlu pergi jauh-jauh ke Mesir serta ilmu lainnya pun banyak di Indonesia. Maka aku mewajarkan hal tersebut karena memang aku belum menjelaskannya secara rinci terkait program daurah Mesir ini kepada mereka. Kecewa? Iya sangat amat kecewa.
Program daurah Mesir adalah program kerja sama pendidikan antara Prodi IPAI-UPI dengan Ma’had Mu’allimil Qur’an Mesir yang memiliki ketentuan bahwa setiap mahasiswa yang ingin mengikuti program ini harus mendapatkan izin kedua orang tua, biaya yang harus disiapkan minimal lima belas juta rupiah, dan biaya itu hanya digunakan untuk transportasi pergi dan pulang Indonesia-Mesir serta biaya untuk kunjungan wisata di Mesir, sedangkan terkait biaya asrama, makan, minum serta biaya pendidikan selama dua bulan sudah digratiskan oleh pihak lembaga Mesir. Tak ada sistem seleksi peserta, karena memang peminat program ini masih sedikit, bisa jadi karena faktor biaya yang dinilai cukup besar. Dan hal ini juga yang membuatku berpikir bahwa alasan kedua orang tuaku tidak memberi izin adalah karena faktor biaya.
Nyata adanya bahwa uang lima belas juta bukanlah uang yang sedikit, begitu pengakuan dan kerisauan kedua orang tuaku.  Seorang ayah yang bekerja sebagai buruh kuli bangunan dan umiku seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) itu seperti tidak menyanggupinya. Memang aku juga sempat memikirkan hal tersebut. Namun, aku memiliki keyakinan lebih, bahwa uang lima belas juta bisa didapatkan dengan banyak cara.
Bulan Mei 2019, sebanyak dua puluh orang mahasiswa telah terdaftar sebagai peserta daurah Mesir. Kuota yang diminta oleh Prodi sudah terisi penuh. Tentunya diriku bukanlah salah satunya, karena aku belum mendapatkan izin dari kedua orang tuaku.
Kala itu di rumah tepat di ruang keluarga, kakakku Asiah dan Asih sedang berdiskusi mengenai program daurah ini, aku pun ikut berkumpul bersama mereka. Rasanya aku seperti sedang di sidang oleh satu keluarga. Haru, sedih dan rasa kesal bercampur menjadi satu. Berbagai nasihat-nasihat telah aku dengar kurang lebih selama dua jam, keringat bercucuran bersamaan dengan air mata. Hahaha.. cengeng, itulah kata yang pantas untuk diriku saat itu. Alasan keluargaku yang jika disimpulkan pada akhirnya adalah masalah biaya, sebagaimana yang telah aku duga sebelumnya. Namun, setelah penyidangan di keluarga, kakakku tetap mendukung aku untuk tetap mengikut program ke Mesir itu, bahkan sebenarnya ibuku juga mendukung, sampai-sampai ibuku berkata: “tak usah dipikirkan, daftar saja jika masih bisa, ikuti prosesnya, biarkan bapak tidak tahu-menahu soal kepergianmu”. Izin dan restu dari kedua orang tuaku adalah kebahagiaan untukku. Jika bapakku tetap tidak mengizinkan, maka aku tidak akan mau ikut program ini. Lagi pula kuota dua puluh orang sudah terpenuhi, maka aku terus menghibur diri sendiri dan tetap husnudzan kepada Allah, bahwa Allah telah menggantikan mimpiku dengan yang lebih baik lagi. Sabar, hayati, nikmati dan hadapi, itulah kata-kata yang bisa menghibur hatiku saat itu.
Dalam kesendirian aku pernah membaca dua buah buku yang didalamnya berisi motivasi yang menginformasikan bahwa pada saat kita berdoa dengan sebenar-benarnya berdoa, maka Allah akan mengabulkan doa kita. Tidak ada doa yang Allah tolak, hanya saja ada tiga kemungkinan tatkala kita berdoa. (1) Allah akan mengabulkannya langsung, karena Allah tahu pada saat itu kita mampu dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah. (2) Allah akan menangguhkan doa kita, karena Allah tahu, jika doa kita langsung dikabulkan, maka kita akan lupa kepada Allah. (3) Allah akan menggantikannya dengan hal lain yang lebih baik. Oleh karena itu, tidak ada doa yang tidak dikabulkan oleh Allah selagi kita memang benar-benar berdoa kepada-Nya. Habib Novel Alaydrus, kala itu aku mengikuti kajiannya langsung di Majelis Ar-Raudah Solo.  Beliau pun menjelaskan bahwa tatkala kita yakin bahwa kita punya Allah Yang Maha Segala-Galanya, maka jangan pernah khawatirkan hidup kita. Beliau juga sering meminta doa kepada para jemaahnya yang hadir, berharap Amin dari jemaah, karena bisa jadi di antara yang hadir ada orang saleh yang doanya akan cepat dikabulkan oleh Allah. Dan hal itu telah aku lakukan tatkala presentasi di depan kelas ketika mata kuliah Tafsir. Dengan pemahaman-pemahaman itu keyakinanku semakin bertambah, tidak ada yang mustahil di dunia ini, yang penting adalah keyakinan kita kepada Allah terus terjaga dan terus bertambah.
Juni 2019, kabar Ahmad teman sekelasku yang mengikuti program daurah Mesir ini mengundurkan diri karena beberapa sebab. Peluang untuk mengikuti kembali program ini hadir di benakku. Secara diam-diam aku pun mengikuti alur pendaftarannya menggantikan Ahmad yang pada akhirnya pembuatan proposal pengajuan dana ke berbagai pihak menuaikan hasil yang positif, dana kurang lebih 4,5 juta siap ditanggung oleh Kampus UPI tercinta. Maka ini pula yang menjadi pintu keyakinan kedua orang tuaku untuk bisa memberikan izin dan restunya. Dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan, aku mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan terkait program daurah Mesir ini. Pembuatan paspor dan visa, perizinan ke beberapa pihak, pembuatan surat kesehatan dan berbagai rencana yang akan dilaksanakan di Mesir telah disusun dan disiapkan dengan sedemikian rupa. Seiringan dengan hal tersebut, izin dari kedua orang tuaku pun akhirnya mulai terbuka. “Silakan lanjutkan proses dan alur pendaftaran yang lainnya, Insyaallah bapak sudah mengizinkan kamu untuk mengikut program daurah Mesir ini, dan sudah menyiapkan sedikit biayanya, bisa di cicil, kan? Nanti bayarkan setengahnya terlebih dahulu ya, setengahnya  lagi setelah Idulfitri selesai, mudah-mudahan ada rezekinya”. Begitu kata Ibuku disaat mengobrol denganku melalui telepon. Syukur alhamdulillah Allah menghibur diriku dan membuatkan alur cerita yang amat menarik untukku. Hampir saja diri ini berputus asa dan hilang harapan. Namun, keoptimisan membawaku kepada kebahagiaan yang seutuhnya hingga aku semakin yakin bahwa tidak ada doa yang tertolak.
16 Juli 2019, Bogor, rumahku kala itu penuh dengan nasihat-nasihat. Kakak, kerabat, dan sahabat memberikan salam kepadaku yang hendak pergi dua bulan lamanya di negeri para Nabi. Sambil berkemas diriku dihiasi syukur dan haru. Kekhawatiran orang-orang terdekatku amat nampak saat itu, hingga sore hari keluargaku menyewa mobil tetangga untuk mengantarkanku ke Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. Dalam perjalanan suasana mobil hening sepi, hanya terdengar bisikan-bisikan Ibuku, yang lagi-lagi isinya adalah nasihat dan pesan-pesan kepada diriku agar bisa menjaga diri, menjaga kesehatan dan tetap mengabari keluarga setiap harinya. Aku hanya bisa mengangguk dan berkata: “iya”. Sesampainya di Bandara, kagum kaget dan terus bersyukur karena ini awal pertama kali aku masuk ke Bandara, begitupun kedua orangtuaku. Maklum, orang kampung yang baru main ke kota, begitulah jadinya. Hehehe. Tak lama dari itu, Gilang Abdi Zikri, teman sekelasku di UPI telah menungguku di pintu masuk Bandara dan menginformasikan bahwa teman-teman dan para dosen telah menunggu dan mencariku. Tak lama dari itu, aku langsung pamit kepada keluarga, foto bersama dan mencium tangan kedua orang tuaku menjadi kisah awal bagiku menuju Negeri Piramida itu.
Alangkah indahnya skenario Allah ini, mimpi yang aku tuliskan untuk bisa belajar di luar negeri bisa aku coret sebagai tanda bahwa mimpi itu telah berhasil aku raih. Semoga mimpi yang lainnya bisa aku capai, karena itu semua hanya berbicara tentang waktu yang tepat, waktu yang terbaik, waktu yang pas dan memang semuanya itu akan indah jika tepat pada waktunya. Itulah rencana Allah, yang lebih romantis daripada rencananya manusia. Namun, manusia tetap harus berencana dan berusaha, dan jangan lupa berdoa serta bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Segala-Galanya, Allah Swt.







Minggu, 05 Januari 2020

Bahan Pembelajaran Siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS)

Assalamu'alaikum Wr.Wb...
Bismillah Alhamdulillah.............

Saya ucapkan selamat datang kepada teman-teman di Blog saya ini, dan selamat melanjutkan LKS nyaa yaa,.. serta jangan lupa untuk membaca tulisan-tulisan yang lainnya juga, Insya Allah bermanfaat, ehehehehe...

Ok, kita lanjutkan LKS kita yaaa...
sekarang teman-teman ikuti instruksi yang ada di Blog ini ok..

  1.  teman-teman cukup menjawab setiap pertanyaan yang ada disini,
  2. Silahkan tuliskan jawaban teman-teman di lembar LKS pada nomor 5 "Hasil Blog"
  3. Boleh searcing Jawaban di Internet, buku ataupun yang lainnya dan jangan lupa untuk mencantumkan blog/web/buku ataupun orang-orang yang dijadikan rujukan tersebut (Referensi).
  4. Selamaaat Belajaaar.....

Berikut ini pertanyaanya:


  1. Jelaskan Pengertian Al-Quran, Hadis dan Ijtihad secara Bahasa dan Istilah (menurut para tokoh/ulama, jika ada) !
  2.  Coba jelaskan, apa saja makna isi al-Qur’ān, hadis dan ijtihād sebagai sumber hukum Islam!
  3. Jelaskan bagaimana dan apa saja pembagian Hukum Islam!?


Mudah Bukan.??
Insya Allah, kerjakan semaksimal mungkin, Mudah-mudahan Allah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada kita semua.. Aamiin ya Allah ya Rabbal'alamiin......

Selesai..??
yuk kembali lagi ke LKS semula."

Wassalamu'alaikum Wr.Wb...................

Minggu, 22 Desember 2019

22 Desember

Ada yang tahu di tgl 22 Desember ada apa?
Yups betul sekali, ada hari...
Hari apa hayooo?
Nah kebetulan di 2019 ini tgl 22 Desember itu ada hari minggu. Hehehe..

Banyak diantara kita yang merayakan hari ini. Yaaa Hari Ibu...
Tgl 22 Desember setiap tahunnya dipercaya sebagai peringatan hari Ibu (se-Indonesia doang kayaknya). iya kan???

Tapiii.... ada yang tahu gak nih, Kenapa yg dipilihnya tgl 22 Desember? Bukan 07 Agustus aja gitu??
Mmmmm karenaa............

Yaaa tgl 07 Agustus mah dipercaya sebagai hari lahirnya Eman Sulaeman. Wkwkwk...

Ok. manteman, kita jgn sampai asal peringati tanpa tahu asal usul nya guys...

Setelah saya searching2 di mbah Google nih, ada satu berita yg isinya tuh gini..

"Tanggal 22 Desember 1983 adalah peringatan Hari Ibu ke-45. Hari Ibu diperingati setiap tahun sejak 1938 setelah kongres Perikatan Perempuan Indonesia di Bandung sepakat memilih tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Pemilihan berdasarkan sejarah bahwa pada tanggal tersebut berlangsung pertemuan pertama seluruh organisasi wanita Indonesia di Yogyakarta tahun 1928. Ibu-ibu yang tergabung dalam Kowani pada tanggal 22 Desember 1946 memperingatinya dengan menyerahkan bingkisan kepada warga DKI Jakarta. - DOK. KOMPAS"

Nah gitu.... itu hasil Copas yaa..

Di hari 22 Desember saya banyak melihat dari temen2 upload2 dan updet2 Status WA, IG, FB dll. Updet nya seputar kata2/caption untuk Ibu/mamah/umi/bunda yang disertai foto bareng sama beliau.
tak cukup sampai disitu, bahkan diantara teman-temen ada yang memberikan Hadiah/kado untuk ibunya, entah sekedar memberi kue, emas berlian, pakaian sehari-hari, alat sholat, atau barang-barang tertentu yang memang kita anggap ibu kita akan menyukainya... bahagianya seorang ibu memiliki anak seperti itu akan lebih terasa pada hari 22 Desember ini.Tapi teman-teman tahu? disamping itu ternyata tak semuanya di Hari ibu  merassa bahagia.. mmmmmm 😌...

Ada salah seorang teman kita yang di Hari ibu ini penuh dengan harapan dan doa,
ia yang ibunya sudah terlebih dahulu meninggalkannya ke alam akhirat selalu memanjatkan doa untuk kebaikan ibunya disana. dan memang dengan cara demikianlah cara kita berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal dunia. Berperilaku dan berakhlak baik, berusaha menjalankan syariat Islam dengan sempurna dan berusaha meninggalkan apa-apa yang di larang oleh agama,..

Ada juga teman kita yang lainnya yang di hari 22 Desember ini penuh harapan dan doa,
ia yang ibunda/mamanya yang sedang sakit bahkan sampai dirawat di RS, berharap dan berdoa untuk kesembuan ibunya.. tak ada cara lain selain berusaha berobat (menjalankan Syariat) dan bertawakal akan kesembuhannya kepada Allah (inilah Hakikat)..
Maka kita sama-sama mendoakan,
untuk teman kita yang ibunya sudah meninggalkannya, mudah-mudahan ibundanya diampuni dosanya oleh Allah Swt., alam kuburnya di jadikan taman-taman surga sbelum kelak dimasukkan di SurgaNya. aamiin...
dan untuk teman kita yang ibundanya sedang sakit, semoga Allah Segera mengangkat penyakitnya, disembuhkan dan sehat sedia kala, ibundanya diberikan kekuatan dan kesabaran untuk menghadapinya, (karena ketika kita paham bahwa sakit yang sabar dan ikhlas itu adalah kasih sayang Allah dan sebagai penggugur bagi dosa-dosa kita, maka Insya Allah semuanya adalah yang terbaik).
pun halnya dengan teman-teman kita agar selalu diberikan kekuatan dan kesabaran serta semangat untuk tetap berharap dan berdoa kepada Allah Swt..

jika kita tilik dari sudut pandang seorang ibu, maka ada pula seorang ibu yang tidak merasakan bahagianya 22 Desember ini. mungkin ada seorang anak yang "Durhaka", lalai dan lupa kepada ibunya, bahkan tak pernah sekalipun menanyakan kabar dan lainnya, dengan dalih sibuk ini itu, sibuk ngurus istri dan anaknya,. atau bahkan ada seorang anak yang menyiksa ibunya karena hal-hal yang spele saja... serta kasus kejadian yang lainnya lagi..
maka kita seorang anak harus paham, bahwa suksesnya dunia sampai akhirat adalah karena restu dan doanya dari orang tua kita, (Ridho Allah adalah Ridhonya kedua orang tua kita), terutama Ibu, karena Ibumu, Ibumu, Ibumu, lalu Ayahmu,


Daaaaaaaaaan bagi teman-teman yang menspesialkan hari 22 Desember untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada Ibunya, ... mari kita tingkatkan lagi bakti dan sayang kita, bahwa semua hari adalah Hari ibu, Mulai dari 1 Januari hingga 31 Desember kita harus jadikan semuanya adalah hari Ibu.....

Yups, pada hakikatnya ibu tak pernah mengharap balasan berupa harta atau makanan dll nya, dengan perhatian yang kita berikan dan tidak pernah melupakannya serta kita berakhlak baik saja saya rasa cukup membuat orang tua bangga dan bahagia..


lalu bagaimana dengan saya di Hari 22 Desember ini???
ini bagian curhat, (lanjut baca bagi yang kepo ssaja) wkwkwkwk...😂
Naaah, selama ssaya lahir sampai lulus SMK saya selalu dekat (jarak) dengan ibu, (manggilnya sih emi/Umi).
tapiii setelah Lulus SMK Qadarullah saya Harus ada jarak dengan umi, Yaaa karena gak sengaja keterima kuliah di UPI Bandung,. alhasil saya memanfaatkan Handphone untuk berkomunikasi.. dan mau tidak mau orang tua saya Beli Hp juga (yang jadul, dan orang tua hanya bisa angkat telfon dan nelfon ssaja). hehehe.. alhamdulillah...
dengan minimal seminggu sekali saya komunikasian nih sama umi, nanya kabar, curhat-curhat, dan lainnya...

Naaaaah di hari 22 Desember ini umi biasanya dapet hadia juga dari beberapa anaknya (kakak-kakak saya yang ada 7 itu tuh, heheheh)... Namun saya belum bisa ngasih apa-apa, baru bisa doa aja, doa yang kita hafal (robbighfirlii waliwaalidayya dst,). dan kebetulan saya di 22 Desember khususnya di tahun 2019 ini ada kegiatan Survei acara Kemah Bakti Santri (acara Pesantren) di daerah pegunungan yang kartu Hp saya tak menjangkau Sinyal.. daan ternyata ada notif panggilan tak terjawab dari orang tua,. ketika di telfon balik yaaa sulit. susah sinyal..
kayaknya sih si umi mau ngobrol dan curat juga kalo ia dapet hadiah tuuh dari kakak-kakak saya. wkwkwkwk

daaah ah segitu aja, daaa memang segitu doang momen 22 Desember saya dengan Umi.. heheh,
maaf man teman.

dan perkenalkan, ini Bapak dan Emi saya. namanya udah tau kan?
iyaaa, Arsad dan Aminah (foto diambil ketika orang tua mengantarkan anaknya ke pesantren, dan sejak itu kita hidup berjarak. huhuhuh)



Intinya,.. Kalo mau bahagia dunia dan akhirat itu gak usah bingung, deketin orang tua dan berbakti kepada keduanya..




Jumat, 20 Desember 2019

Perjalanan Awal ke Mesir - Bagian ke-1-


16 Juli 2019,
Pertengahan bulan ini menjadi awal sejarah hidup saya menuju Luar Negeri. Qodarullah kedua orang tua saya telah mengizinkan untuk mengikuti Sandwich Program Mesir di kota Cairo Selama dua bulan, yang sebelumnya salah satu kedua orang tua saya (yakni Bapak) tidak memberi restu dengan alasan bisa jadi karena biaya yang terlalu besar. Beliau berfikir dengan uang kurang lebih Lima belas juta rupiah kita dapat membiyai hidup selama satu tahun, dan mempelajari Bahasa arab tidak perlu harus jauh-jauh ke Mesir, cukup dengan sungguh-sungguh mempelajari Bahasa dari guru-guru dan para ustadz yang ada di Indonesia saja.
Sekilas saya sangat setuju dengan alasan itu, Alhamdullillah hati sudah  mulai tenang dengan penolakan salah satu orang tua terhadap keinginan saya untuk pergi ke Mesir. Namun saya terus berusaha membuat kode-kode keras kepada kakak-kakak saya untuk membujuk Bapak, dan atas izin Allah kedua orang tua saya mengizinkan hal tersebut.
Tidak sengaja pernah saya membaca dua buah buku yang salah satunya adalah kitabul ta’lim muta’allim yang isinya adalah: bahwa kita jangan pernah khawatirkan masalah biaya untuk menuntut ilmu. Apalagi ilmu yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama Islam, yang dapat membantu memahami lebih jauh mengenai agama Islam. Semuanya telah dijamin oleh Allah SWT. Tugas kita hanyalah berusaha, berdoa dan bertawakal.
Maka kurang lebih 3 bulan saya mempersiapkan perihal segala macam yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan menunju Mesir sambil menunggu kepastian perizinan orang tua tadi, karena sebenarnya teman-teman saya yang lainnya sudah mempersiapkan segala kebutuhannya 2 minggu sebelum saya mendaftarkan diri, itu pun menggantikan posisi ahmad yang mengundurkan diri dari program ini, entah apa alasannya.. Baik itu Paspor yang harus saya buat ke kota tetangga, yaa karena di Kota Bogor tidak mendapatkan kuota, seperti halnya di Kota Bandung. Untuk mempercepat proses pembuatan Paspor dengan terpaksa dan senang hati saya pergi ke Tasikmalaya (Bersama Gilang, Fara dan Ajeng). Pembuatan Paspor menggunakan Uang Tabungan sendiri dengan harga 550 rb (kalo ndak salah). Dengan proses kurang lebih 1 minggu langsung di kirim ke kota Bandung (karena saya menggunakan jasa kantor POS). biasanya paspor akan jadi selama 3 hari kerja. Selain itu, mengenai perizinan ke Fakultas di kampus UPI pun FPIPS harus segera di selesaikan, termasuk ke Dirmawa dan mengajukan permohonan dana ke WR dan Retor UPI. Hal lainnya adalah bahwa kita juga harus segera mendapatkan Visa yang sebelumnya harus mendapatkan Calling Visa dari Ma’had Muallimil Quran (lokasi yang akan kita tuju di Mesir) dan KBRI Indonesia yang ada di Mesir. Harga visa kira-kira sebesar 90 US Dolar. Alhamdulillah kita mendapatkan jatah selama 90 hari, padalah kita hanya mengajukan selama 60 hari atau 2 bulan saja, dan Visa ini pun menggunakan uang saya, disertai uang kas Peserta Snadwich maka menghabiskan dana 1.300.000.
16 Juli 2019 pukul 17.00 saya berangkat dari rumah menuju bandara Soekarno-Hatta, Terminal 3 pintu ke-3, menghabiskan waktu 3 jam, sekitar pukul 20 kurang 15 menit saya sudah sampai di Bandara. Gilang menjemput saya dengan berlari,. Keluarga saya pun langsung pulang.
Yaa kami lanjut dengan persiapan-persiapan chek-in pesawat, nimbang berat koper untuk di Bagasi, pertama kali masuk bandara, wkwkw, proses pengecekannya juga mantap…. dll. Jumlah kami 31 orang,. 20 orang mahasiswa UPI (8 IPAI dan 12 PBA) 3 orang Mahasiswa PBA Universitas Malang, dan 8 orang Dosen dan Guru. Jumlah yang banyak ini banyak menyita waktu juga, namun Alhamdulillah tepat pada waktunya 00.40 tanggal 17 Juli 2019 kami siap Take Off Pesawat dari Jakarta menuju Bandara Transit di Abu Dhabi. Perjalanan awal kami 8 jam, dengan konsumsi roti dan yang kedua telur + sosis. Kami menunggu selama 4 Jam di Abu Dhabi untuk melanjutkan perjalanan menuju Kairo. Di jadwal kami melihat 08.40, namun terjadi keterlambatan. Perbedaan waktu Indonesia dan Abu Dhabi adalah 3 Jam.


ini peta Guys,,. Segitula perjalanan pesawat kami....



Mulai sekarang Kita akan bicara waktu di Timur Tengah, 09.55 kita berangkat ke Bandara Cairo, dan sampai di cairo pukul 11.55, perjalanan kami kurang lebih 2 jam. Kemudian turun lalu menunggu Koper masing-masing , lumayan Lamaaa menunggu koper. Menunggu itu beraaaaaat .
Yaaaa.. kami lanjut chek-out. Dan kami sudah di tunggu oleh pihak dari KBRI, yakni pak Topik. Dan kami tak di cek lagi koper dll karena ada jalur khusushon.. heheheh.
Lalu kami naik bis yang sudah disediakan, dan langsung menuju kota Giza ke Ma’had Muallimil Quranul Kariem,. Perjalanan kurang lebih 40 menitan. Yaaa diperjalanan kami disuguhkan oleh pemandangan padang pasir nan tandus serta bangunan-bangunan khas Mesir,. Dan kami beli makanan Kozin yakni semacam macaroni basah pakai daging.
Setelah tiba di Ma’had, luar biasa suguhan dan sambutan Prof. Dawood… koper-koper kami semuanya dibawakan oleh orang-orang yang bertugas di Ma’Had, dan setelah duduk berkumpul kami dusuguhkan buah anggur (per orangnya 1 tangkai <saranggeuy mun ceuk sunda> ). Waaah tak terbayang pokoknya, hehehe..
Lalu kami menuju kamar tidur, untuk putri berada di lantai 4, putra di lantai 5, dan para dosen guru berada di lantai 6. Sore hari kami makan dengan nasi dan daging ayam, dan setelah Isya kami dianterin makanan Alkhubzu billaban, sesuai Namanya yaitu Nasi pakai susu, manisssss,… sebagai temennya ada semacam kerupuk udang gitu deh..
Kami akan mulai pembukaan pembelajaran di Ma’had ini pada hari sabtu tanggal 20 Juli. Sehingga di tanggal 18 dan 19 Juli 2019 kami mengagendakan untuk Jelajah Negeri Anbiya ini – Citi Tours Cairo.
Adapun destinasi atau tujuannya di tanggal 18 Juli 2019 yaitu: ke Pyramids, sphinx, Panorama Pyramids, Papyrus Institute, Masjid Amr bin Ash, Berziarah ke Maqam Sayyidah Nafisah, Maqam Sayyidah Sakinah, Maqam Sayyidah Ruqoyyah, Maqam Ibnu Sirin, Maqam Imam Asy-Syafi’I, Maqam Imam Waqi’, Maqam Imam Al-Laity, Maqam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Maqam sahabat Uqbah bin Amir, Maqam Rabi’ah al Adawiyah, Junun Al-Misry, Maqam Ibnu Athoilah Assakandari, Maqam Syeikh Asrof Arrifa’i Al husainy, Maqam Syeikh Taqiyudin, tempat berkholwat Sayyidah Nafisah, dan Maqam Abi Zamroh.
Naaaah tgl 18 Juli kami telah mengunjungi lokasi-lokasi yang telah disebutkan diatas. Namun beberapa destinasi tidak kami datangi karena keterlambatan keberangkatan yang sehaarusnya pukul 09.00, tapi 09.30 masih belum berangkat, karena apa? Yaa perempuan yang lamaaaa, katanya sih mau memboikot untuk tidak ikut karena ongkosnya lumayan (460 Juneh). Tapi akhirnya pada ikut semuanyaaa,, yaaa rugi-rugi mayaaaan.. suatu kekecewaan sih karena tak bisa ke maqam rabiah al adawiyah salah satu seorang shufi, maqam sayyidah ruqoyyah dan beberapa maqam lainnya. Hemmmmmmmmmmmmm… lumayan lah, pertama kali ke mesir dan peratama kali pula ke tempat-tempat bersejarah seperti itu. Yang tak habis pikir mah, maqam-maqam para sahabat rasul, ulama-ulama dan waliyullah di sini tak seperti di Indonesia yang lokasinya di khususkan untuk tempat ziarah dan dibagus-baguskan bahkan numpuk sekali pengunjung yang datang, bahkan di Indonesia ramai sekali dengan orang-orang yang berjualan dan yang meminta-minta (pengalaman ziarah ke wali songo sama KMNU UPI, hehehe). Disini maqam biasa saja, namun tetap dijaga sebagai perlindungan dari orang-orang jahil dan binatang buas (terutama anjing,. mmmm disini juga banyak anjing). Yaa sih maqam yang kami kunjungi mah rapih, bahkan ada sekalian sama masjidnya yang amat bagus dan megah arsiteknya, karena sejarahnya nyambung sama masjid-masjid zaman turkey utsmani. Yang menjadi ganjalan mah ketika liat maqam imam Waqi (gurunya imam syafii). Maqamnya dipinggir jalan trus lokasi tidak terawatt, banyak lalat dan deket sampah… hemmm ziarah jadi tidak nyaman, mungkin budaya mesir disini tak seperti di Indonesia yang  hobi ziarah-ziarah kubur… malahan yang ramai itu tempat-tempat wisata…  penyesalan selanjutnya adalah ketika kita tak bisa masuk melihat maqam imam asyafii karena masjidnya sedang di renovasi dari 3 tahun terakhir. (posisi maqam ada di dalam masjid).

19 Juli 2019.
Hemmmm jumat ini ternyata saya nganggur, karena tak ada kegiatan rekreasi sesuai perencanaan awal. Yang ada hanya sebagian orang yang pergi ke kampus al azhar untuk mengonfirmasi kegiatan KKN. (karena kita ke sini juga sekalian KKN) heheh…. Yaaa karena saya tak punya kepentingan ke al azhar akhirnya berdiam diri di mahad muallimil quran.
Yang menakjubkan adalah pertama kali juga shalat jumat di mesir, heheh awal-awal saya mendengar bacaan mujawwaz Quran dari masjid terdekat (seperti di Indonesia). Namun yang menarik adalah ternyata di sini baca Qurannya live. Kami di suguhkan bacaan-bacaan dengan berbagai lagam gituuuu.. hemmmm. Dan yang sudah kita ketahui adalah bahwa khutbahnya full pakai Bahasa arab. Hahaha iyalah karena di mesir.



naaaaaaa,.. segitu dulu deh ceritanya ya.
belum sempet ngelanjutin nih.... wkwkwk,, maklum, banyak tugas (alasaaaaaaan Guys).

Minggu, 03 November 2019

seharusnya ku malu



kadang diri ini so' suci...
padahal Allah masih baik
yaa
menutup aib-aib ku.

ntah apa yang akan terjadi
jikalau aib-aib sendiri tak Allah jaga
maka tak akan ada manusia
ataupun makhluk Allah lain yang menemani

munafiknya diri ini...
di lihat orang lain suci
padahal bermaksiat
tatkala "merasa" sendiri

andaikata setiap dosa memiliki tanda
bisul misalnya,
maka, kulit ini tak akan ada yang bersih
sekalipun diobati, ada bekas luka diri

Maksiat, Tobat
Tobat, Maksiat
Maksiat, Tobat
Tobat, Maksiat

begitu alur kehidupan manusia biasa
yaaa biasa bermaksiat dan bertaubat dst...

seharusnya aku malu....


ya Allah, tak ada daya untuk menghindari maksiat ini
kecuali adanya pertolongan darimu..
dan ya Allah, tak ada upaya kekuatan untuk menunaikan setiap ibadah
kecuali atas kehendak dan pertolonganmu...


oleh karena itu ya Allah...
berikan hamba ridha mu, pertolnganmu,
kekuatan tuk mengemban setiap amanah
dari mu dan dari Rasulmu Muhammad Saw.

Senin, 30 September 2019

Bukan Maksudku

Huh.....
Gak kepikiran,
akan bagaimana nantinya dia,
ketika langkah awal membiarkan sahabat sendiri tuk memulainya...

yaa, mungkin risih, pasti,??
karena ku yakin,
kau tak terbiasa dengan kondisi seperti ini,
atau entah bagaimana.

Maaf,,
Bukan Maksudku,
Mengganggu kenyamananmu

Maafkan sahabatku,
maafkan aku,
yakinlah...
Ini hanya gurauan sahabat
entah apa yang akan terjadi kedepannya
tak pernah tau,
belum pernah direncana,

Maaf,.
Bukan Maksudku,
Mengganggu kenyamananmu

Yakinlah,
Aku biasa saja sepertimu

ku pun tak bisa menyalahkan siapa,
karena ku sudah berusaha mencegah
sahabatku melakukannya
ku harap kau pahami itu

Maaf,.
Bukan Maksudku,
Mengganggu kenyamananmu...

wahai diri....
engkau adalah laki-laki...
yang ditunggu tuk memberi pasti.
bukan memberi harap yang sunyi,
tak perlu hari ini, mungkin nanti.
saat kau siap tuk memulainya sendiri,

Cukup...
fokus dulu Tholabul ilmi,
agar kehidupan tercukupi
akhirat bahagia pun akan menanti.

dan sekali lagi.............

Bukan Maksudku,

Kamis, 05 September 2019

Butuh Perhatian?

hello Guys,..
Assalamu'alaikum wr.wb..


     yuhuu, kali ini saya ingin sedikit berbagi kisah,
bukan kisah juga sih, hanya saja saya melihat ada banyak fenomena (bener gak tulisannya tuh?), orang-orang yang butuh perhatian.. hemmm hayoo ngaku kaliaann, wkwkwk... 

     Perhatian adalah salah satu bentuk kasih sayang seseorang terhadap seseorang, ketika seseorang sudah memerhatikan orang lain, memberikan perhatiannya, hmmmmm berarti orang itu menyimpan rasa ataupun suatu minat,. yaaaaaang bisa jadi rasa itu adalah bentuk kasih sayangnya.

     contoh misal Orang tua kita,. pernah kah kalian ngitung berapa banyak perhatiannya kepada kita? berapa kali mereka memerhatikan kita? walaupun mungkin secara tidak langsung disampaikan dengan bentuk marah-marah, yang kita anggap bahwa orang tua itu tidak memahami kita, tidak ngertiin kita... hhmmmm bisa jadi kita yang tidak mengerti bahasa pengertian atau perhatian kasih sayang dari orang tua,.

     Nah, ada lagi nih perhatian yang mungkin hanya sebagian orang yang merasakannya.. yooo kok bisa? iyaaa bisa lah, suka-suka saya. hihihi..... mereka-mereka yang saat ini sedang meranjak tumbuh dewasa terkadang saling memerhatikan satu sama lain loh, hmmm ciee ciee... mau dong diperhatikan juga. wkwkwk,,, canda hey.. ada yang langsung secara terang-terangan, ada juga yang diem-diem ternyata cie-cie juga. melihat demikian saya sih mewajarkannya, apalagi di zaman sekarang ini efek dari budaya eropa dan barat sangat kuat seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi... (nyambung gak yaa alasannya?).

    Tapi guys, kadang saya menemukan beberapa orang yang secara tidak langsung seperti kekurangan perhatian, dalam sudut pandang saya ketika sekilas melihat status-status postingan dan yang lainnya memang demikian (butuh sekali banyak perhatian dari orang lain). Ok lah wajar butuh perhatian, tapi kan (pikir saya) gak harus sampai nyari-nyari perhatian ke banyak publik secara berlebihan jugaa.... pernah gitu? saya dulu sih kayaknya pernah, merasaaa kesepian gitu sih. karena kurang kegiatan yang positif kali ya.. wkwkwk,,. jadi caper deh (cari perhatian).. kalo sekarang masih gak ya? mudah-mudahan ndak yaa.. aamiin.... sekalipun masih iya, yaa setidaknya mungkin masih dapat terkontrol dengan baik.

     Bukan berarti saya menganggap aneh dengan hal tersebut, justru ketika ada orang yang tak butuh perhatian dari orang lain saya rasa orang itu yang sedikit aneh.. entah apa prinsip yang ia gunakan, tapi saya tetap yakini bahwa dalam hati kecilnya ada rasa ingin diperhatikan juga..

    Poin yang ingin saya sampaikan sebenernya kita sudah ada yang memerhatikan kok, tenang aja. jangan khawatir tak ada yang memerhatikan kita, jangan khawatir tak ada yang pengertian kepada kita, jangan khawatir kekurangan perhatian...

    Hampir setiap hari, setiap jam bahkan setiap detik tanpa kita sadari, atau terkadang kita juga sadar bahwa ada yang memerhatikan kita, yups. Allah memerhatian kita guys. Allah memberikan perhatian penuh kepada kita, Allah sangat jeli melihat semua apa yang kita lakukan. bahkan tanpa kita berucap pun, tanpa harus updet status pun, Allah sudah tau apa yang ada dalam hati kita.. ditambah lagi Allah memberikan 2 Malaikat pencatat amal baik dan buruk di setiap manusia yang pasti malaikat itu pun memerhatikan setiap gerak gerik kita. walaupun malaikat itu tak pernah ngechat kita yaaa saya rasa cukup untuk menemani sendirinya diri ini. mengontrol diri ini dari hal-hal yang dilarang oleh Allah,. dan yang harus kita pahami sekarang, ternyata kita itu tak pernah sendirian (pada hakikatnya).. 

     Hayooooo....,
Siapa yang dapat mengalahkan perhatiannya Allah kepada kita? Si doi? hemmmm yang tiap hari ngucapin selamat pagi, trus nanya sedang apa?, trus nanya udah sarapan apa belum? nyuruh mandi, jaga kesehatan, ngajak makan, dll. (kok hapal sih?), sebagian pengalaman juga, hehehe..)) hussst......, Jauh dari itu semua Allah telah memberikan semuanya kepada manusia Guys.. tinggal dari diri kita memahami dan mensyukurinya saja ok.

"(Tapi kan Manusia butuhnya perhatian Manusia lagi, kalo lagi sakit, trus lagi sedih, lagi ini itu dll..))

yups saya memahami hal tersebut,.. saya hanya ingin membangun sedikit pola pikir bahwa kita jangan pernah galau, jangan sedih, jangan khawatir karena tak ada manusia atau seseorang yang memberikan perhatian kepada kita, tak ada orang yang memerhatikan kita saat kita kesusahan, dilanda kesedihan dll. Yang haru diingat bahwa ada Allah dan malaikat-malaikatnya yang selalu memerhatikan kita, memberi kasih sayangnya kepada kita,. Maka yang harus kita lakukan adalah menjaga agar perhatian Allah tetap ada, jangan sampai Allah murka kepada kita,. Cukuplah untuk  tidak mencari perhatian lebih kepada manusia, lebih banyaklah mencari perhatiannya Allah SWT. yang menciptakan langit bumi dan seisinya ini.  mungkin pola pikir saya hanya diterima oleh beberapa orang saja (dan itu pun sangat wajar).  setiap orang punya pendapat dan pemikiran yang berbeda.. tapi kita akan tetap satu jua, Bhineka Tunggal Ika. heheheh....


Makasih Guys, semoga bermanfaat.. khususnya untuk saya pribadi dan umunya untuk kita semua..

Wassalamu'alaikum wr.wb........